Pendahuluan
Sejarah Islam mencatat, bahwa aliran yang masih terbilang besar di
dunia ini adalah Sunni (Ahlussunnah) dan Syiah. Tidak dapat dielakkan,
bahwa dua aliran teologi ini pada gilirannya sering terjadi konflik satu sama
lain. Seperti yang kita saksikan di Libanon, Irak, dan masih banyak perpecahan
di negara-negara lain akan dua madzhab teologi ini, yang semestinya sudah tidak
musim lagi untuk diperbesar.
Terlepas dari itu semua, Syiah, yang merupakan salah satu madzhab
dalam islam adalah sangat menarik untuk kita diskusikan. Seperti yang telah banyak
kajian mengenai madzhab ini di arena-arena diskusi, baik di akademisi,
kantor-kantor keagamaan, dll. Salah satunya adalah yang penulis tulis dalam
makalah sederhana ini perihal kajian dan diskusi tentang mazhab Syiah. Yang
insya Allah akan kami bahasa dari sisi sejarah, tokoh, faham, dan beberapa
sekte yang lahir di dalamnya.
Harapan dalam diskusi ini, agar kita mengetahui secara objektif
akan salahsatu aliran terbesar di dunia, yakni syiah. Sehinggga kita, sebagai
Mahasiswa islam dalam bidang Ilmu Tafsir, dan sebagai Muslim, mengetahuinya
secara konprehensif, dan menjadi pembendaharaan ilmu kita sebagai kaum
akademisi.
Pengertian
Syiah secara harfiyah adalah ‘’pengikut’’ atau ‘’kelompok’’. Yang
bermaksud bahwa, Aliran Syiah adalah aliran yang meyakini bahwa Sayyidina Ali
adalah pemimpin pertama setelah Rasulullah SAW wafat. Hal ini – menurut mereka
– adalah memang benar, dan Rasululah memerintah langsung kepada Sayyidina Ali.
Dalam kesempatan
lain, Syiah didefinisikan seperti berikut:
اتباع علي الذين يعتقدون بإمامته نصا وتعيينا
Pengikut-pengikut Sayyidina Ali, yang
meyakini keimaman Sayyidina Ali secara tekstual dan keyakinan.
Dan
masih banyak lagi definisi-definisi mengenai syiah oleh beberapa ulama-ulama
baik dari kalangan syiah sendiri atau pun dari kalangan Ahlussunnah. Yang
secara garis besar didefinisikan mirip antara satu definisi dengan definisi
yang lainnya.
SEJARAH
Mengenai lahirnya aliran ini, sejarah islam
pun mencatat bahwa ada perbedaan pendapat mengenai lahirnya kelompok syiah. Ada
yang mengatakan bahwa lahirnya Syiah adalah sejak masa setelah Rasulullah SAW
wafat. Pada waktu itu terjadi pertikaian antara kaum Ansor dan Muhajirin dalam
perebutan kekuasaan. Di sana terdapat suara yang angkat pendapat bahwa yang
pantas menjadi pemimpin setelah rasulullah adalah Ali bin abi Thalib. Dan ada
pula yang mengatakan bahwa Syiah lahir setelah khalifah ke-tiga, Utsman Bin
Affan / pada masa awal kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib.
sedangkan pendapat yang paling kuat adalah bahwa Syiah muncul saat terjadi kegagalan
perundingan antara kelompok Ali dan Muawiyah di Siffin, yang biasa kita kenal
dengan istiilah Tahkim. Akibat kegagalan tersebuta maka ada satu kelompok yang
keluar dari golongan Ali, dan yang dikategorikan sebagai golongan Kowarij (yang
keluar; dari kepemimpinan Ali bin Abi Thalib), da nada yang masih setia dengan
Sayyidina Ali. Yang kemudian pada gilirannya dinamakan sebagai kelompo Syiah.
Dari
beberapa pendapat di atas, yang paling tenar dan paling banyak diyaini adalah
pendapat yang mengatakan bahwa Syiah lahir saat terjadi kegagalan perundingan
antara kelompok Sayyidina Ali dan Muawiyah bin Sufyan.
Tidak
berbeda dengan Aliran-aliran lainnya akan keyakinan yang kuat yang dimiliki
akan kebenaran akidahnya, pun Syiah. Mereka meyakini bahwa bahwa Ali sebagai
pemimpin yang pantas menggantikan Rasulullah, serta sudah ditunjuk secara
langsung oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya.
Begitu
lah setiap madzhab. Pasti akan memiliki pandangan yang berbeda akan keyakinan
mereka masing-masing, baik secara tekstual atau pun kontekstual. Semua
mengklaim bahwa alirannya lah yang benar dan patut diikuti.
Tokoh
Sudah hal tentu dalam setiap aliran aka nada pionir yang dijaddikan rujukan dalam beralirannya.
Begitu pun dalam Syiah, dalam pembahasan di atas kita mengetahui bahwa yang diagungkan oleh Aliran ini adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib, dan
beliaulah tokoh yang paling dijadikan rujukan, setelah itu Hasan dan Husain,
yang merupakan anak darinya. Selain ketiganya, dalam syiah ada juga yang dikenal sebagai ulama ternama, yaitu Ziad bin Ali bin Husain Zainal Abidin
dan jafar Shodiq. Pada gilirannya jafar Shodiq karena kecerdasannya, adalah
ulama yang akan mencetuskan fiqih madzhab ini. Bahkan imam empat madhab
Ahlussunah pun belajar bersama beliau baik secara langsung ataupun tidak. Maka
tidak asing jika kemudian Mahmud Salut, mantan Rektor Universitas Al Azhar
Mesir mengatakan, bolehnya orang yang berfaham Ahlussunah mengikuti fikih
madhzab jafari.
Selain ulama
yang fenomenal yang telah disebutkan di atas, banyak pula ulama-ulama dari
golongan Syiah ini, diantaranya:
a. Nashr bin Muhazim
b. Ahmad bin Muhammad bin Isa Al Asyari
c. Ayatullah Kumaini
d. Al Alamah Thaba Thabai
e. Murtadha Mutahari
f.
Ali Syariati
Dan tentunya, selain madzhab ulama ulama
yang disebutkan di atas, tidak dipungkiri masih banyak lagi ulama lain yang
lahir dari Aliran yang meyakini Ali sebagai pemimpin pertama setelah rasulullah
ini.
SUDUT PANDANG /FAHAM SYIAH
Kaum
syiah memiliki lima pokok pikiran utama yang harus dianut oleh para
pengikutnya, yaitu at-tauhid, al-adl, an-nubuwah, al-imamah, dan al-ma’ad.
a. Tauhid
Kaum syiah meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, yang tidak akan
sama seperti makhluknya. Yang menjadi penting, aliran ini meyakini bahwa Allah
memiliki dua sifat. Pertama, sifat tsubutiyyah, mencakup alim, qodir, hayy,
murid, mudrik, qodimazaly baq, mutakallim, dan shadiq. Dan kedua, adalah sifat
salbiyah. Diantaranya berjisim, dilihat, bertempat, bersekutu, dan butuh.
b. Al-Adl
Akidah keadilan yang diantut golongan Syiah
ini sama dengan kelompok Muktazilah. Mengatakan bahwa Allah melimpahkan
RahmatNya, dan pula memberikan cobaan serta mengenakan hukuman kepada hambNya
atas apa yang selayaknya/sepatutnya.
c. An-Nubuwwah
Keyakinan ini tidak berbeda dengan kaum muslimin lainnya. Yang
mengatakan bahwa Allah menciptakan Nabi untuk membimbing umatnya. Syiah
meyakini bahwa jumlah Nabi dan Rasul ada 124 orang. Istri istri Nbi adalah suci
dri keburukan, Nabi adalah bersih dari keburukan baik setelah diangkatnya atau
sebelum, dan Al Quran adalah mukjizat, dan kalamullah adalah Hadits (baru)
sebab terdapatnya suara, sedangkan Allah berkata tidak dengan suara.
d.
Al-Imamah
Yang menjadi ciri khas Syiah yang meyakini bahwa nabi, dan juga
Imam imam mereka adalah maksum, atau terjaga dari melakukan dosa besar dan dosa
kecil. yang tentunya pandangan ini berbeda ketka meihat pada kacamata Aliran
lainnya. Bagi kaum syiah imamah berrti juga kepemimpinan dalam urusan dunia
atau juga agama.
e.
Al-ma’ad
Secara harfiah almaad berarti tempat kembali, yang dimaksud disini
namun adalah akhirat. Mereka meuakini bahwa hari itu pasti terjadi. Menurut
mereka manusia kelak akan dibangunkan jasadnya secara keseluruhan, dan akan
kembali seperti asalnya, daging, tulang dan ruh. Dan pada hari itu pula manusia
akan mempertanggungkan apa yang sudah dilakukan semasa di dunia.
Dalam bukunya, Sayyid Murtadho Muthahari menjelaskan faham yang
selain lima dari yang sudah dijelaskan di atas, yaitu:
a. Mukmin atau Kafir Orang Fasik itu.
Kaum syiah memiliki pandangan bahwa orang
fasik atau melakukan dosa besar adalah tetap mukmin. Ini sesuai dengan
pandangan Asyariyah. Dan berbeda dengan kaum Khawarij yang mengatakan bahwa
orang fasik adalah kafir. Serta dengan Mukatazilah yang berpandangan bahwa
fasik adalah al manzilah bainal manzilatain.
b. Ruyah Ilahi
Kam Syiah meyakini bahwa Allah tak akan
pernah bisa dilihat dengan mata telanjang. Baik di dunia atau pun di akhirat.
Berbeda dengan kaum Asyariyah yang mengatakan bahwa Allah bisa dilihat dengan
mata kepala ketika di akhirat nanti. Kaum syiah berpendapat, bahwa Allah bisa
dilihat memang, tetapi bukan degan matalangsung, tetapi dengan hati, atau biasa
disebut dengan ainul yaqin (melihat dengan hati). Hal ini diperkuat dengan pernyataan
Sayyidina Ali ketika ditanya oleh sebagian Sahabat Rasul. ‘’Sudahkah Anda
melihat Allah?’’ Beliau menjawab, ‘’aku tak menyembah Tuhan yang aku lihat’’.
c. Al-Bada (kemungkinan Allah merubah suatu takdir)
Yang
dimaksud dalam keyakinan syiah yang satu ini, bahwa Allah masih memiliki hak
untuk merubah suatu yang telah ada. Hal ini tentunya bukan karena Allah tunduk
terhadap sesuatu, tapi lebih kepada karena kemaslahatan numat.
d. Kehendak bebas dan Kemerdekaan
Akidah
kehendak bebas syiah memang secara eksplisit akan dipandang mirip dengan
Muktazilah, yang berkeuakinan bahwa manusia meiliki kehendak bebas dari Tuhan,
atau biasa dikatakan Tafwidh Ilahiyah. Namun, ada perbedaan di antara kedua
madzhab ini, dalam syiah yang dimaksud kehendak bebas adalah manusia diciptakan
merdeka oleh Allah. Namun eksistensi manusia dn segenap mode eksistensinya,
ternasuk cara bertindaknya, adalah kehendak Dzat Yang Maha esa.
e. Akal Merdeka dan Absah
Menurut para
Imam Syiah, akal merupakan internalisasi suara kenabian, sedangkan Nabi adalah
eksternalisasi akal. Hal ini dimaksud bahwa porsi akal memiliki hak tinggi
dalam cara pandang kaum Syiah, bahkan lebih tinggi dari Muktazilah.
oleh sebab itu tidak asing jika akal dijadikan sebagai sumber hokum yang sah
dalam pemahaman syiah.
Dari
beberapa pandangan Syiah yang sudah penulis paparkan din atas, tidak menutup
kemungkinan dalam sumber atau rujukan lain terdapat pandangan-pandangan yang
lain. Sebab tidak dipungkiri para ulama akan berbeda pandang pula dalam
membahas setiap faham yang diyakini suatu aliran, walau pun di dalam lingkupn
internal syiah itu sendiri.
Selain
cara pandang yang telah dipaparkan di atas, yang merupakan paparan dari ulama
Syiah, yaitu Murtadha Muthahari, kaum Syiah juga memiliki beberapa ajaran atau
pandangan lain yang menjadi ciri khas aliran ini, yang akan penulis paparkan
berikut:
a. Ahlulbait
Dalam sejarah Islam, istilah itu secara
khusus dimaksudkan kepada keluarga dan kerabat nabi. Ada tiga pandangan mengenai
Ahlulbait ini. Pertama, dia adalah istri Nabi, dan seluruh Bani Hasyim, kedua,
Bani Hasyim saja, dan Ketiga. Terbatas pada Nabi, Ali, Fatimah, Hasan Husain,
dan keturunan Ali. Dalam faham Syiah, yang terakhirlah yang menjadi pegangan.
b. Asyura
Asyura artinya sepuluh. Yang maksudnya
bahwa itu merupakan hari ke sepuluh dalam bulan Muharram, sebagai peringatan
berkabung atas terbunuhnya Husain bin Ali dan keluarganya di tangan pasukan
Muawaiyyah. Dalam hal ini biasanya
mereka memukul mukul dada sebagai bentuk kesedihan atas terbunuhnya Sayyidina
Husain. Dan di Indonesia sendiri banyak acara Asyura yang diperingati dengan
bentuk yang berbeda, atau juga ada kesamaan.
c. Mahdawiyah
Mahdawiyah berasal dari kata Mahdi. Yang
berarti adalah keyakinan akan datangnya juru selamat di akhir zaman yang akan
menyelamatkan seluruh mannusia dari ketidak adilan.
d. Wilayatul Fakih
Artiinya bahwa seorang ahli Fikih itu
memiliki kekuasaan dalam memberikan hukum
e. Raja’
Yang dimaksud dengan keyakinan ini adalah
bahwa akan muncul atau dibangunkan seorang yang sangat shaleh dan yang durhaka,
bersamaan dengan munculnya Imam Mahdi. Ini akan menunjukan kebesaran dan
keadilan Allah. Termasuk membuktikan akan dibalasnya orang yang merebut
kepemimpinan Sayyidina Ali.
f.
Taqiyah
Taqiyah berasal dari kata ittiqo yang
artinya takut. Adalah sifat kehati hatian demi menjaga keselamatan jiwa karena
adaya bahaya yang mengancam. Dalam kehati hatian ini biasanya menyemunyikan
identitas dan ketidakterusterangan. Perilaku ini bisa dilakukan, bahkan wajib,
serta merupakan salahsatu dasar madzhab Syiah.
g. Tawassul
Adalalah meminta sesuatu kepada Allah
dengan menyebutkan diri, Nabi, Imam atau bahkan wali. Karena mereka ketika
disebut akan dimudahkannya doa untuk terkabul. Biasanya dalam ajaran Syiah, yang
ini tidak bisa dipisahkan, dalam bertawassul terbatas pada menyebut Nabi dan
Imam mereka. Dalam doa mereka sering dijinpai ungkapan, ‘’Ya Fatiimah Isyfai
Indallah’’.
h. Tawalli dan Tabarri
Tawalli berasal dari kata Tawalla fulanah,
yng artinya mengangkat seseorang sebagai pemimpinnya. Sedangkan Tabarri berasal
dari kata Tabarro’a fulaanah, yang berarti melepaskan seseorang. Kedua ini
diyakini oleh Syiah, yang maksudnya adalah tawalli kepada Ali dan Ahlul
baitnya, dan Tabarri kepada orang-orang yang memusuhi Sayyidina Ali.