Ilmu adalah hewan liar, maka ikatlah dia dengan tulisan<\marquee>

Kamis, 04 Agustus 2016

Senandung Kang Banda

AIR MATAKU DAN AIR MATANYA
Malam-malam langit menumpahkan hujan beriring angin kencang dan petir bersahutan.
Rembulan hilang.
Bintang padam. 
Kunang-kunang gelisah di persembunyian.
Di sudut rumah kosong gulita anak kucing mengeong lemah menunggu ibunya pulang.
Lelaki yang berteduh memandang gamang.
Kamu kedinginan, aku juga.
Kamu kelaparan, aku juga.
Kita tak punya makanan.
Lihatlah pakaianku separo basah.
Lihatlah mataku yang menyerah.
Kita berdua dalam penantian yang pasrah.
Ibumu mungkin dalam perjalanan menembus hujan.
Aku doakan ibumu segera datang bawa makanan dan menyusuimu dalam kehangatan.
Sementara aku akan melanjutkan perjalanan.
Bukan menuju pulang.
Namun pergi ke batas mimpi agar yang tinggal melanjutkan kehidupan.
Kepadanya aku menitipkan cinta.
Hanya itu yang aku punya.
Bekalku adalah harapan.
Aku percaya Tuhan Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kakanda ...
Kenapa berkisah tentang kesedihan.
Cuaca di taman hati menjadi muram.
Bukankah kisah kegembiraan yang membuat taman hati menjadi cemerlang.
Adinda ...
Itulah yang tadi malam aku temukan.
Sedih dan senang itu berpasangan.
Seperti gelap dan terang. Seperti kalah dan menang. Seperti sempit dan lapang. Seperti pertemuan dan perpisahan.
Segala sesuatu bergiliran.
Bergerak dalam lingkaran seperti matahari bumi dan bulan.
Yang membuahkan siang dan malam, panas dan hujan.
Hingga tiba saat kehancuran yang mematikan.
Kemudian hidup lagi dalam sorga yang dijanjikan atau neraka yang diancamkan.
Kakanda, lihatlah aku berair mata. Seperti Kakanda juga. Aku takut pada hitungan dosa. Malam ini aku hanya ingin dipeluk, selebihnya besok pagi saja.
Dinda ih
Kanda ah
‪#‎SenandungBandabening‬
Kampungsawahbogor 210716

0 komentar:

Posting Komentar