Ilmu adalah hewan liar, maka ikatlah dia dengan tulisan<\marquee>

Jumat, 05 Agustus 2016

Makalah Tentang Syi'ah

Pendahuluan
Sejarah Islam mencatat, bahwa aliran yang masih terbilang besar di dunia ini adalah Sunni (Ahlussunnah) dan Syiah. Tidak dapat dielakkan, bahwa dua aliran teologi ini pada gilirannya sering terjadi konflik satu sama lain. Seperti yang kita saksikan di Libanon, Irak, dan masih banyak perpecahan di negara-negara lain akan dua madzhab teologi ini, yang semestinya sudah tidak musim lagi untuk diperbesar.
Terlepas dari itu semua, Syiah, yang merupakan salah satu madzhab dalam islam adalah sangat menarik untuk kita diskusikan. Seperti yang telah banyak kajian mengenai madzhab ini di arena-arena diskusi, baik di akademisi, kantor-kantor keagamaan, dll. Salah satunya adalah yang penulis tulis dalam makalah sederhana ini perihal kajian dan diskusi tentang mazhab Syiah. Yang insya Allah akan kami bahasa dari sisi sejarah, tokoh, faham, dan beberapa sekte yang lahir di dalamnya.
Harapan dalam diskusi ini, agar kita mengetahui secara objektif akan salahsatu aliran terbesar di dunia, yakni syiah. Sehinggga kita, sebagai Mahasiswa islam dalam bidang Ilmu Tafsir, dan sebagai Muslim, mengetahuinya secara konprehensif, dan menjadi pembendaharaan ilmu kita sebagai kaum akademisi.
Pengertian
Syiah secara harfiyah adalah ‘’pengikut’’ atau ‘’kelompok’’. Yang bermaksud bahwa, Aliran Syiah adalah aliran yang meyakini bahwa Sayyidina Ali adalah pemimpin pertama setelah Rasulullah SAW wafat. Hal ini – menurut mereka – adalah memang benar, dan Rasululah memerintah langsung kepada Sayyidina Ali. [1]
            Dalam kesempatan lain, Syiah didefinisikan seperti berikut:
اتباع علي الذين يعتقدون بإمامته نصا وتعيينا
Pengikut-pengikut Sayyidina Ali, yang meyakini keimaman Sayyidina Ali secara tekstual dan keyakinan. [2]
            Dan masih banyak lagi definisi-definisi mengenai syiah oleh beberapa ulama-ulama baik dari kalangan syiah sendiri atau pun dari kalangan Ahlussunnah. Yang secara garis besar didefinisikan mirip antara satu definisi dengan definisi yang lainnya.

SEJARAH
Mengenai lahirnya aliran ini, sejarah islam pun mencatat bahwa ada perbedaan pendapat mengenai lahirnya kelompok syiah. Ada yang mengatakan bahwa lahirnya Syiah adalah sejak masa setelah Rasulullah SAW wafat. Pada waktu itu terjadi pertikaian antara kaum Ansor dan Muhajirin dalam perebutan kekuasaan. Di sana terdapat suara yang angkat pendapat bahwa yang pantas menjadi pemimpin setelah rasulullah adalah Ali bin abi Thalib. Dan ada pula yang mengatakan bahwa Syiah lahir setelah khalifah ke-tiga, Utsman Bin Affan / pada masa awal kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib. [3] sedangkan pendapat yang paling kuat adalah bahwa Syiah muncul saat terjadi kegagalan perundingan antara kelompok Ali dan Muawiyah di Siffin, yang biasa kita kenal dengan istiilah Tahkim. Akibat kegagalan tersebuta maka ada satu kelompok yang keluar dari golongan Ali, dan yang dikategorikan sebagai golongan Kowarij (yang keluar; dari kepemimpinan Ali bin Abi Thalib), da nada yang masih setia dengan Sayyidina Ali. Yang kemudian pada gilirannya dinamakan sebagai kelompo Syiah.[4]
            Dari beberapa pendapat di atas, yang paling tenar dan paling banyak diyaini adalah pendapat yang mengatakan bahwa Syiah lahir saat terjadi kegagalan perundingan antara kelompok Sayyidina Ali dan Muawiyah bin Sufyan.
               Tidak berbeda dengan Aliran-aliran lainnya akan keyakinan yang kuat yang dimiliki akan kebenaran akidahnya, pun Syiah. Mereka meyakini bahwa bahwa Ali sebagai pemimpin yang pantas menggantikan Rasulullah, serta sudah ditunjuk secara langsung oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya. [5]
               Begitu lah setiap madzhab. Pasti akan memiliki pandangan yang berbeda akan keyakinan mereka masing-masing, baik secara tekstual atau pun kontekstual. Semua mengklaim bahwa alirannya lah yang benar dan patut diikuti.
Tokoh
Sudah hal tentu dalam setiap aliran aka nada pionir yang dijaddikan rujukan dalam beralirannya. Begitu pun dalam Syiah, dalam pembahasan di atas kita mengetahui bahwa yang diagungkan oleh Aliran ini adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib, dan beliaulah tokoh yang paling dijadikan rujukan, setelah itu Hasan dan Husain, yang merupakan anak darinya. Selain ketiganya, dalam syiah ada juga yang dikenal sebagai ulama ternama, yaitu Ziad bin Ali bin Husain Zainal Abidin dan jafar Shodiq. Pada gilirannya jafar Shodiq karena kecerdasannya, adalah ulama yang akan mencetuskan fiqih madzhab ini. Bahkan imam empat madhab Ahlussunah pun belajar bersama beliau baik secara langsung ataupun tidak. Maka tidak asing jika kemudian Mahmud Salut, mantan Rektor Universitas Al Azhar Mesir mengatakan, bolehnya orang yang berfaham Ahlussunah mengikuti fikih madhzab jafari. [6]
Selain ulama yang fenomenal yang telah disebutkan di atas, banyak pula ulama-ulama dari golongan Syiah ini, diantaranya:
a.       Nashr bin Muhazim
b.      Ahmad bin Muhammad bin Isa Al Asyari
c.       Ayatullah Kumaini
d.      Al Alamah Thaba Thabai[7]
e.       Murtadha Mutahari
f.        Ali Syariati
g.       Jalaludin Rahmat [8]
Dan tentunya, selain madzhab ulama ulama yang disebutkan di atas, tidak dipungkiri masih banyak lagi ulama lain yang lahir dari Aliran yang meyakini Ali sebagai pemimpin pertama setelah rasulullah ini.





SUDUT PANDANG /FAHAM SYIAH
Kaum syiah memiliki lima pokok pikiran utama yang harus dianut oleh para pengikutnya, yaitu at-tauhid, al-adl, an-nubuwah, al-imamah, dan al-ma’ad.
a.       Tauhid
Kaum syiah meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, yang tidak akan sama seperti makhluknya. Yang menjadi penting, aliran ini meyakini bahwa Allah memiliki dua sifat. Pertama, sifat tsubutiyyah, mencakup alim, qodir, hayy, murid, mudrik, qodimazaly baq, mutakallim, dan shadiq. Dan kedua, adalah sifat salbiyah. Diantaranya berjisim, dilihat, bertempat, bersekutu, dan butuh.[9]
b.      Al-Adl
Akidah keadilan yang diantut golongan Syiah ini sama dengan kelompok Muktazilah. Mengatakan bahwa Allah melimpahkan RahmatNya, dan pula memberikan cobaan serta mengenakan hukuman kepada hambNya atas apa yang selayaknya/sepatutnya. [10]

c.       An-Nubuwwah
Keyakinan ini tidak berbeda dengan kaum muslimin lainnya. Yang mengatakan bahwa Allah menciptakan Nabi untuk membimbing umatnya. Syiah meyakini bahwa jumlah Nabi dan Rasul ada 124 orang. Istri istri Nbi adalah suci dri keburukan, Nabi adalah bersih dari keburukan baik setelah diangkatnya atau sebelum, dan Al Quran adalah mukjizat, dan kalamullah adalah Hadits (baru) sebab terdapatnya suara, sedangkan Allah berkata tidak dengan suara. [11]
d.      Al-Imamah
Yang menjadi ciri khas Syiah yang meyakini bahwa nabi, dan juga Imam imam mereka adalah maksum, atau terjaga dari melakukan dosa besar dan dosa kecil.[12] yang tentunya pandangan ini berbeda ketka meihat pada kacamata Aliran lainnya. Bagi kaum syiah imamah berrti juga kepemimpinan dalam urusan dunia atau juga agama.
e.       Al-ma’ad
Secara harfiah almaad berarti tempat kembali, yang dimaksud disini namun adalah akhirat. Mereka meuakini bahwa hari itu pasti terjadi. Menurut mereka manusia kelak akan dibangunkan jasadnya secara keseluruhan, dan akan kembali seperti asalnya, daging, tulang dan ruh. Dan pada hari itu pula manusia akan mempertanggungkan apa yang sudah dilakukan semasa di dunia. [13]
Dalam bukunya, Sayyid Murtadho Muthahari menjelaskan faham yang selain lima dari yang sudah dijelaskan di atas, yaitu:
a.       Mukmin atau Kafir Orang Fasik itu.
Kaum syiah memiliki pandangan bahwa orang fasik atau melakukan dosa besar adalah tetap mukmin. Ini sesuai dengan pandangan Asyariyah. Dan berbeda dengan kaum Khawarij yang mengatakan bahwa orang fasik adalah kafir. Serta dengan Mukatazilah yang berpandangan bahwa fasik adalah al manzilah bainal manzilatain.[14]
b.      Ruyah Ilahi
Kam Syiah meyakini bahwa Allah tak akan pernah bisa dilihat dengan mata telanjang. Baik di dunia atau pun di akhirat. Berbeda dengan kaum Asyariyah yang mengatakan bahwa Allah bisa dilihat dengan mata kepala ketika di akhirat nanti. Kaum syiah berpendapat, bahwa Allah bisa dilihat memang, tetapi bukan degan matalangsung, tetapi dengan hati, atau biasa disebut dengan ainul yaqin (melihat dengan hati). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Sayyidina Ali ketika ditanya oleh sebagian Sahabat Rasul. ‘’Sudahkah Anda melihat Allah?’’ Beliau menjawab, ‘’aku tak menyembah Tuhan yang aku lihat’’.[15]
c.       Al-Bada (kemungkinan Allah merubah suatu takdir)
Yang dimaksud dalam keyakinan syiah yang satu ini, bahwa Allah masih memiliki hak untuk merubah suatu yang telah ada. Hal ini tentunya bukan karena Allah tunduk terhadap sesuatu, tapi lebih kepada karena kemaslahatan numat. [16]
d.      Kehendak bebas dan Kemerdekaan
Akidah kehendak bebas syiah memang secara eksplisit akan dipandang mirip dengan Muktazilah, yang berkeuakinan bahwa manusia meiliki kehendak bebas dari Tuhan, atau biasa dikatakan Tafwidh Ilahiyah. Namun, ada perbedaan di antara kedua madzhab ini, dalam syiah yang dimaksud kehendak bebas adalah manusia diciptakan merdeka oleh Allah. Namun eksistensi manusia dn segenap mode eksistensinya, ternasuk cara bertindaknya, adalah kehendak Dzat Yang Maha esa. [17]
e.       Akal Merdeka dan Absah
Menurut para Imam Syiah, akal merupakan internalisasi suara kenabian, sedangkan Nabi adalah eksternalisasi akal. Hal ini dimaksud bahwa porsi akal memiliki hak tinggi dalam cara pandang kaum Syiah, bahkan lebih tinggi dari Muktazilah. [18] oleh sebab itu tidak asing jika akal dijadikan sebagai sumber hokum yang sah dalam pemahaman syiah.
Dari beberapa pandangan Syiah yang sudah penulis paparkan din atas, tidak menutup kemungkinan dalam sumber atau rujukan lain terdapat pandangan-pandangan yang lain. Sebab tidak dipungkiri para ulama akan berbeda pandang pula dalam membahas setiap faham yang diyakini suatu aliran, walau pun di dalam lingkupn internal syiah itu sendiri.
            Selain cara pandang yang telah dipaparkan di atas, yang merupakan paparan dari ulama Syiah, yaitu Murtadha Muthahari, kaum Syiah juga memiliki beberapa ajaran atau pandangan lain yang menjadi ciri khas aliran ini, yang akan penulis paparkan berikut:
a.       Ahlulbait
Dalam sejarah Islam, istilah itu secara khusus dimaksudkan kepada keluarga dan kerabat nabi. Ada tiga pandangan mengenai Ahlulbait ini. Pertama, dia adalah istri Nabi, dan seluruh Bani Hasyim, kedua, Bani Hasyim saja, dan Ketiga. Terbatas pada Nabi, Ali, Fatimah, Hasan Husain, dan keturunan Ali. Dalam faham Syiah, yang terakhirlah yang menjadi pegangan.
b.      Asyura
Asyura artinya sepuluh. Yang maksudnya bahwa itu merupakan hari ke sepuluh dalam bulan Muharram, sebagai peringatan berkabung atas terbunuhnya Husain bin Ali dan keluarganya di tangan pasukan Muawaiyyah.  Dalam hal ini biasanya mereka memukul mukul dada sebagai bentuk kesedihan atas terbunuhnya Sayyidina Husain. Dan di Indonesia sendiri banyak acara Asyura yang diperingati dengan bentuk yang berbeda, atau juga ada kesamaan.
c.       Mahdawiyah
Mahdawiyah berasal dari kata Mahdi. Yang berarti adalah keyakinan akan datangnya juru selamat di akhir zaman yang akan menyelamatkan seluruh mannusia dari ketidak adilan.
d.      Wilayatul Fakih
Artiinya bahwa seorang ahli Fikih itu memiliki kekuasaan dalam memberikan hukum
e.       Raja’
Yang dimaksud dengan keyakinan ini adalah bahwa akan muncul atau dibangunkan seorang yang sangat shaleh dan yang durhaka, bersamaan dengan munculnya Imam Mahdi. Ini akan menunjukan kebesaran dan keadilan Allah. Termasuk membuktikan akan dibalasnya orang yang merebut kepemimpinan Sayyidina Ali.
f.        Taqiyah
Taqiyah berasal dari kata ittiqo yang artinya takut. Adalah sifat kehati hatian demi menjaga keselamatan jiwa karena adaya bahaya yang mengancam. Dalam kehati hatian ini biasanya menyemunyikan identitas dan ketidakterusterangan. Perilaku ini bisa dilakukan, bahkan wajib, serta merupakan salahsatu dasar madzhab Syiah.
g.       Tawassul
Adalalah meminta sesuatu kepada Allah dengan menyebutkan diri, Nabi, Imam atau bahkan wali. Karena mereka ketika disebut akan dimudahkannya doa untuk terkabul. Biasanya dalam ajaran Syiah, yang ini tidak bisa dipisahkan, dalam bertawassul terbatas pada menyebut Nabi dan Imam mereka. Dalam doa mereka sering dijinpai ungkapan, ‘’Ya Fatiimah Isyfai Indallah’’.
h.       Tawalli dan Tabarri
Tawalli berasal dari kata Tawalla fulanah, yng artinya mengangkat seseorang sebagai pemimpinnya. Sedangkan Tabarri berasal dari kata Tabarro’a fulaanah, yang berarti melepaskan seseorang. Kedua ini diyakini oleh Syiah, yang maksudnya adalah tawalli kepada Ali dan Ahlul baitnya, dan Tabarri kepada orang-orang yang memusuhi Sayyidina Ali. [19]




[1] Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), hal. 904
[2] Said Aqil Siraj, Debat Kyai Muda Jatim, (Jatim: Youtube, 2009)
[3] Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), hal. 5
[4] Joesuf Sou’yb, Perkembangan Aliran Syiah, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1982), hal. 11
[5] Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedia Islam Indonesia, hal. 5
[6] Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedia Islam Indonesia, hal. 13-15
[7] http:/www.al-shia.com/html/id/shia/bozorgan/indek.html
[8] http://www.ijabi.org./pimpinan.html
[9] Abdur Razak dan Rasiha Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hal. 94
[10] 89
[11]Abdur Razak dan Rasiha Anwar, Ilmu Kalam, hal. 94
[12] 94
[13] Abdur Razak dan Rasiha Anwar, Ilmu Kalam, hal. 94
[14] Murtadha Muthahari, Mengenal Ilmu Kalam, (Jakarta: Pustaka Zahra, 2002), hal 95
[15] 95
[16] 93
[17] 90
[18] 92
[19] Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), hal. 10-13

0 komentar:

Posting Komentar