Ilmu adalah hewan liar, maka ikatlah dia dengan tulisan<\marquee>

Rabu, 03 Agustus 2016

Sajak Kang Banda

Kanda & Dinda
DALAM SISA DOA YANG MALU-MALU
Di serambi malam rindu tumbuh tanpa batang yang utuh
Akarnya rapuh
Cabang dan rantingnya lunglai
Daunnya terbengkalai
Tanpa kuntum bunga yang bisa dibelai

Sekali waktu rindu berbuah
Terlalu besar hingga rantingnya patah
Di bekas patahannya menyisakan jejak retak
Gurat-gurat kelam berkerak
Tercabik terkelupas terkoyak
Kering garing berderak
Berlumut berjamur mangkrak
Di serambi malam cinta tumbuh tanpa bayangan utuh
Kakinya lumpuh
Tangannya rapuh
Wajahnya terbenam
Matanya berawan hujan
Sekali waktu cinta merekah
Tertutupi tahu-tahu sudah terbelah
Sunyi sendiri luruh jatuh pecah
Berganti-ganti tertunduk dan tengadah
Dalam sisa senyum yang ragu-ragu
Dalam sisa doa yang malu-malu
Dalam semua getar yang memilih bisu
Kakanda ...
Aku seperti mendengar irama hati kelana sunyi. Yang melangkah tak berarah mengejar mimpi. Yang lupa pada pijakannya di bumi.
Adinda ...
Awan menjadi alamat pelarian jiwa yang terbengkalai di bumi kenyataan. Tali-temali terulur dari ketinggian untuk jemari hati yang tak mampu menggenggam dalam pijakan. Lalu menggelayut melayang terbang. Entah tertawa dalam tipuan kegembiraan atau menangis dalam keterasingan.
Alhamdulillah, Kakanda, bumi cintaku indah. Langit cintaku berkah. Aku mengagumi lukisan awan. Yang selalu berubah setiapkali memandang. Tapi aku lebih suka yang tak terlukiskan. Saat menghambur dalam debur ombak di dada Kanda yang menggemulaikan tarian cinta merekah.
Dinda ih
Kanda ah
‪#‎SenandungBandabening‬
kampungsawahbogor 020816

0 komentar:

Posting Komentar